Senin, 02 Januari 2017

Artikel Pribadi Mengenai Sikap Mengakui Kesalahan Diri Sendiri

Saya akan menulis pengalaman pribadi tentang mengakui kesalahan diri sendiri. Beberapa orang mungkin menganggap suatu kesalahan adalah sebuah aib atau kelakuan buruk bagi dirinya. Gengsi, berpikir jika mengakui kesalahan dapat merusak citra diri. Hal tersebut adalah faktor penghambat untuk mengakui kesalahan di depan orang lain. Seringkali seseorang mencari suatu kesalahan yang ada pada diri orang lain, tetapi tidak sadar jika itu juga merupakan suatu kesalahan. Banyak yang mengatakan ‘semua orang tidak luput dari kesalahan’, entah itu kesalahan yang kecil, sedang maupun kesalahan yang besar sekalipun. Apabila seseorang dapat mengakui kesalahannya bisa jadi akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Mengakui kesalahan berarti menunjukan sikap jujur terhadap orang lain atas kekurangan diri sendiri dan akan dihargai oleh orang lain pula.
Pada saat saya masih SD, dulu saya pernah membohongi ayah saya. Karena semenjak saya SD kelas 3 di rumah saya tidak memakai jasa pembantu rumah tangga lagi, saya selalu diberitahu oleh ayah dan ibu saya untuk mencoba membantu pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah. Supaya terbiasa mengerjakan sendiri tidak tergantung pada orang lain untuk kedepannya. Sore hari saya selalu membersihkan rumah, pada saat itu ayah saya sedang libur kerja. Saya sudah berencana untuk tidak mengepel pada hari itu, hanya menyapu saja. Sepulang ayah saya dari sholat ashar di masjid, saya ditanya oleh beliau apakah saya sudah beberes rumah atau belum. Lalu saya dengan tenang menjawab bahwa saya sudah melakukannya. Sepertinya ayah saya tidak percaya jika saya sudah mengepel, beliau pun mengatakan bahwa lantainya seperti tidak dipel. Lalu saya sedikit gugup dan mengatakannya sekali lagi bahwa saya sudah membersihkannya semua. Dan beliau pun akhirnya membiarkan dan tidak memikirkan lagi apakah saya sudah mengepel atau belum. Tetapi, saya merasa sangat bersalah dan terus kepikiran bagaimana kalau nanti saya seterusnya berani berbohong untuk hal yang sekecil ini. Kemudian esok harinya, saya beranikan diri untuk bilang ke ayah saya jika memang benar kemarin saya tidak mengepel dan hanya menyapu saja. Setelah saya mengaku, lalu saya dinasihati oleh ayah, beliau mengatakan bahwa jangan sekali-kali lagi saya berbohong terutama membohongi orang tua, dampaknya tidak akan bagus untuk kedepannya. Pada saat itu saya tidak berani lagi membohongi orang tua, jika saya tidak ingin membersihkan rumah pada hari itu saya langsung bilang untuk tidak membersihkan rumah, mungkin esok harinya untuk dibersihkan.

        Untuk mengakui sebuah kesalahan saya akui memang berat, jika tidak diungkapkan berdampak yang tidak bagus unntuk kemudian hari. Takut di kemudian hari berbohong dengan hal yang sama, atau berbohong untuk hal lainnya. Dan jika hal tersebut selalu terulang kembali maka sulit rasanya untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Bagi saya mengakui kesalahan berarti sebuah kebaikan untuk memperbaiki diri sendiri untuk kemudian hari, yang artinya saya sadar dengan apa yang telah saya perbuat itu salah. Dan berusaha untuk mengingatkan sendiri supaya jangan mengulangi kesalahan yang kemari telah dilakukan. Lebih baik malu pada saat mengungkapkan kesalahan daripada kehilangan kepercayaan dari orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar