A. PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan berasal dari kata Derita yang artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan.
Penderitaan termasuk realitas Dunia dan Manusia. Penderitaan ada yang
ringan dan ada yang berat. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh
seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Bisa juga
penderitaan menjadi energi untuk bangkit dan menjadikan seseorang jauh lebih
baik dari sebelumnya.
Penderitaan juga merupakan teguran Tuhan kepada Umat-Nya agar manusia sadar
untuk tidak berpaling dari-Nya. Sebelum penderitaan itu terjadi pada umumnya
manusia telah diberikan tanda, tanda itu dapat berupa mimpi dan lain
sebagainya.
Tuhan telah menciptakan manusia dengan segala kelebihannya dibandingkan
dengan makhluk lainnya. Penderitaan itu dapat berkurang tergantung bagaimana
manusia menyikapi penderitaan itu. Bagi manusia yang tebal imannya musibah yang
sedang dialaminya akan segera menyadarkan dirinya untuk bertaubat kepada Nya
dan pasrah terhadap takdir yang telah ditentukan Tuhan terhadap diri nya, dan
yakin bahwa kekuasaan Tuhan jauh lebih besar dari dirinya. Kepasrahan itu yang
membuat manusia merasakan kedamaian dalam hatinya dan lama kelamaan akan
berkurang penderitaan yang dialaminya. Sesungguhnya Tuhan tidak pernah
memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.
Di dalam Al-Qur’an maupun kitab suci agama lainnya banyak surat dan ayat yang
menjelaskan tentang penderitaan manusia dan peringatan kepada manusia akan ada
nya penderitaan, namun pada umumnya manusia kurang memperhatikan peringatan
tersebut.
Dalam surat Al-Insyiqoq ayat 6 dinyatakan bahwa Manusia ialah makhluk yang
hidup nya penuh perjuangan. Ayat tersebut dapat diartikan bahwa manusia harus
bekerja keras untuk kelangsungan hidup nya yaitu dengan cara menghadapi alam,
menghadapi manusia disekelilingnya dan tidak lupa untuk bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Apabila manusia melalaikan salah satu nya akibatnya manusia
akan menderita.
Penderitaan itu ada yang fisik dan ada yang psikis. Penderitaan fisik dapat
dihadapi dengan cara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan
penderitaan psikis penyembuhannya terletak pada kemampuan penderita
menyelesaikan persoalan-persoalan psikis.
Chirul Tanjung (CT) adalah konglomerat Indonesia yang
namanya berada di urutan 937 dari 1000 orang terkaya di dunia versi majalah
Forbes dengan total kekayaan senilai USD 1 miliar. Ayah CT adalah A.G. Tanjung,
wartawan Orde Lama yang dulu pernah menerbitkan lima surat kabar beroplah
kecil.
Pekerjaan yang dilakukan CT berbeda jauh dengan disiplin ilmu yang ditekuninya di bangku kuliah. Ketika menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi UI tahun 1981, CT mengalami kesulitan finansial untuk biaya kuliah. Saat itulah kemampuannya berbisnis diasah. Ia mulai berbisnis kecil-kecilan menjual buku kuliah stensilan, kaos, dan sebagainya. Kemudian ia memiliki toko peralatan laboratorium dan kedokteran di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, namun mengalami kebangkrutan.
Setelah itu ia mencoba membuka usaha kontraktor tetapi kurang berhasil sehingga ia bekerja di perusahaan baja. Lalu, ia pindah ke perusahaan rotan di mana ia bertemu dengan tiga orang rekan dan mendirikan PT. Pariarti Shindutama. Perusahaan ini memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor, dan CT beruntung usahanya kali ini menuai untung besar karena perusahaannya mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu anak-anak dari Italia. Seiring berjalannya waktu, akhirnya CT memutuskan untuk berkarya sendiri karena terjadi perbedaan paham dengan rekan-rekannya.
Lepas dari bisnis sepatu ekspor, CT mengarahkan usahanya ke konglomerasi dengan tiga bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang sekarang menjadi Bank Mega yang kini merangkak naik menjadi bank kelas atas. Ia juga merambah ke bisnis sekuritas, asuransi jiwa, dan asuransi kerugian. Pada sektor sekuritas, CT memiliki perusahaan real estate dan membangun Bandung Supermall pada 1999.
Saat ini, CT berkecimpung di bisnis pertelevisian dengan mendirikan Trans Corp yang membawahi Trans TV dan Trans 7. Walaupun persaingan di industri pertelevisian semakin ketat, namun CT yakin Trans TV bisa terus berkembang melihat bahwa belanja TV nasional telah mencapai angka 6 triliun setahun dan 70% di antaranya akan diambil oleh televisi.
Pekerjaan yang dilakukan CT berbeda jauh dengan disiplin ilmu yang ditekuninya di bangku kuliah. Ketika menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi UI tahun 1981, CT mengalami kesulitan finansial untuk biaya kuliah. Saat itulah kemampuannya berbisnis diasah. Ia mulai berbisnis kecil-kecilan menjual buku kuliah stensilan, kaos, dan sebagainya. Kemudian ia memiliki toko peralatan laboratorium dan kedokteran di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, namun mengalami kebangkrutan.
Setelah itu ia mencoba membuka usaha kontraktor tetapi kurang berhasil sehingga ia bekerja di perusahaan baja. Lalu, ia pindah ke perusahaan rotan di mana ia bertemu dengan tiga orang rekan dan mendirikan PT. Pariarti Shindutama. Perusahaan ini memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor, dan CT beruntung usahanya kali ini menuai untung besar karena perusahaannya mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu anak-anak dari Italia. Seiring berjalannya waktu, akhirnya CT memutuskan untuk berkarya sendiri karena terjadi perbedaan paham dengan rekan-rekannya.
Lepas dari bisnis sepatu ekspor, CT mengarahkan usahanya ke konglomerasi dengan tiga bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang sekarang menjadi Bank Mega yang kini merangkak naik menjadi bank kelas atas. Ia juga merambah ke bisnis sekuritas, asuransi jiwa, dan asuransi kerugian. Pada sektor sekuritas, CT memiliki perusahaan real estate dan membangun Bandung Supermall pada 1999.
Saat ini, CT berkecimpung di bisnis pertelevisian dengan mendirikan Trans Corp yang membawahi Trans TV dan Trans 7. Walaupun persaingan di industri pertelevisian semakin ketat, namun CT yakin Trans TV bisa terus berkembang melihat bahwa belanja TV nasional telah mencapai angka 6 triliun setahun dan 70% di antaranya akan diambil oleh televisi.
Selain Trans Corp., CT memiliki Para Group yang mengayomi
5.000 karyawan dengan Para Inti Holdindo sebagai kepala industri yang memiliki
tiga anak perusahaan, yaitu Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti
Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
CT melebarkan sayapnya di dunia bisnis dengan menggunakan Trans Corp untuk mengakuisi 40% saham PT Carrefour Indonesia senilai Rp 3 triliun melalui PT Trans Ritel. Setelah memiliki 40% saham Carrefour, ia kini menjadi komisaris utama PT Carrefour Indonesia didampingi oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S.Bimantoro (mantan petinggi Polri) sebagai komisaris.
CT melebarkan sayapnya di dunia bisnis dengan menggunakan Trans Corp untuk mengakuisi 40% saham PT Carrefour Indonesia senilai Rp 3 triliun melalui PT Trans Ritel. Setelah memiliki 40% saham Carrefour, ia kini menjadi komisaris utama PT Carrefour Indonesia didampingi oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S.Bimantoro (mantan petinggi Polri) sebagai komisaris.
Setelah akuisisi oleh Trans Corp, komposisi pemegang saham
PT Carrefour Indonesia adalah Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour
Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%. Dengan gurita bisnis seperti ini, CT
menduduki posisi ke-13 dari total 40 orang terkaya di Indonesia pada tahun 2009
versi majalah Forbes.
CT mengaku lebih suka mengakuisisi dibandingkan membangun bisnis karena akusisi perusahaan membuat sinergi memperluas ladang usaha. Waktu saya memulai banyak waktu tapi enggak punya uang. Mulai dari nol. Lama-lama jadi besar punya uang, tidak punya waktu. Maka yang dilakukan tidak perlu bangun tapi mengakusisi.
Riset dan analisa oleh Almas Adibah
CT mengaku lebih suka mengakuisisi dibandingkan membangun bisnis karena akusisi perusahaan membuat sinergi memperluas ladang usaha. Waktu saya memulai banyak waktu tapi enggak punya uang. Mulai dari nol. Lama-lama jadi besar punya uang, tidak punya waktu. Maka yang dilakukan tidak perlu bangun tapi mengakusisi.
Riset dan analisa oleh Almas Adibah
PENDIDIKAN
·
SD
Van Lith, Jakarta (1975)
·
SMP
Van Lith, Jakarta (1978)
·
SMA
Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
·
Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
·
Executive
IPPM (MBA; 1993)
KARIR
·
Pendiri
PT. Pariarti Shindutama
·
Pemilik
Bandung Supermal
·
Pemilik
Trans Corp.
·
Pemilik
Para Group
·
Komisaris
Utama PT Carrefour Indonesia
Buku:
·
Si
Anak Singkong
PENGHARGAAN
·
Urutan
937 dari 1.000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes
·
Mahasiswa
Teladan Tingkat Nasional (1984-1985) - Penghargaan sebagai anggota civitas
akademika yang berjasa kepada fakultas dan universitas
·
Eksekutif
Muda Berprestasi 1992-1993 dari Studio Seven Production, Jakarta (23 Mei 1993)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar